1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan banyak suku.Dimana,suku Karo menjadi salah satu contoh suku di Indonesia.Suku karo adalah suku asli yang mendiami dataran tinggi Karo,Kabupaten Deli Serdang.Suku Karo memiliki ciri khas yang berbeda dengan suku lain diantaranya yaitu dari segi Upacara Adat,Rumah Adat,Pakaian adat,Musik Tradisi,Kebiasaan sampai dengan ciri khas makanan dan minumannya.
Dari Ciri Khas tersebut Pola (tuak) menjadi salahsatu minuman yang terkenal di Karo.Selain sebagai minuman sehari-hari, tuak memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan sosial-budaya bagi sebagian masyarakat Batak di Sumatera Utara, terutama yang tinggal di daerah dataran tinggi.
Pohon enau merupakan jelmaan dari seorang gadis bernama Beru Sibou yang sampai saat ini masih tetap dipercayai masyarakat Karo. Cerita itu mengisahkan tentang kesetiaan si Beru kepada abangnya yang bernama Tare Iluh. Ia tidak tega melihat penderitaan abangnya yang sedang dipasung oleh penduduk di perantauannya. Oleh karena itu, ia mencoba untuk menolongnya.
Pada zaman dahulu kala di sebuah desa yang terletak di Tanah Karo, Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri bersama dua orang anaknya yang masih kecil. Yang pertama seorang laki-laki bernama Tare Iluh, sedangkan yang kedua seorang perempuan bernama Beru Sibou. Keluarga kecil itu tampak hidup rukun dan bahagia.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, karena sang suami sebagai kepala rumah tangga meninggal dunia, setelah menderita sakit beberapa lama. Sepeninggal suaminya, sang istri-lah yang harus bekerja keras, membanting tulang setiap hari untuk menghidupi kedua anaknya yang masih kecil. Oleh karena setiap hari bekerja keras, wanita itu pun jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Si Tare dan adik perempuannya yang masih kecil itu, kini menjadi anak yatim piatu. Untungnya, orang tua mereka masih memiliki sanak-saudara dekat. Maka sejak itu, si Tare dan adiknya diasuh oleh bibinya, adik dari ayah mereka.
Waktu terus berjalan. Si Tare Iluh tumbuh menjadi pemuda yang gagah, sedangkan adiknya, Beru Sibou, tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik. Sebagai seorang pemuda, tentunya Si Tare Iluh sudah mulai berpikiran dewasa. Oleh karena itu, ia memutuskan pergi merantau untuk mencari uang dari hasil keringatnya sendiri, karena ia tidak ingin terus-menerus menjadi beban bagi orang tua asuhnya.
Keesokan harinya, setelah berpamitan kepada bibi dan adiknya, si Tare Iluh berangkat untuk merantau ke negeri orang. Sepeninggal abangnya, Beru Sibou sangat sedih. Ia merasa telah kehilangan segala-segalanya. Abangnya, Tare Iluh, sebagai saudara satu-satunya yang sejak kecil tidak pernah berpisah pun meninggalkannya. Gadis itu hanya bisa berharap agar abangnya segera kembali dan membawa uang yang banyak.
Sudah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun ia menunggu abangnya, tapi tak kunjung datang jua. Tidak ada kabar tentang keadaan abangnya. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya di perantauan. Sementara itu, Tare Iluh di perantauan bukannya mencari pekerjaan yang layak, melainkan berjudi. Ia beranggapan bahwa dengan memenangkan perjudian, ia akan mendapat banyak uang tanpa harus bekerja keras. Tetapi sayangnya, si Tare Iluh hanya sekali menang dalam perjudian itu, yaitu ketika pertama kali main judi. Setelah itu, ia terus mengalami kekalahan, sehingga uang yang sudah sempat terkumpul pada akhirnya habis dijadikan sebagai taruhan. Oleh karena terus berharap bisa menang dalam perjudian, maka ia pun meminjam uang kepada penduduk setempat untuk uang taruhan. Tetapi, lagi-lagi ia mengalami kekalahan.
Tak terasa, hutangnya pun semakin menumpuk dan ia tidak dapat melunasinya. Akibatnya, si Tare Iluh pun dipasung oleh penduduk setempat. Suatu hari, kabar buruk itu sampai ke telinga si Beru Sibou. Ia sangat sedih dan prihatin mendengar keadaan abangnya yang sangat menderita di negeri orang. Dengan bekal secukupnya, ia pun pergi mencari abangnya, meskipun ia tidak tahu di mana negeri itu berada. Sudah berhari-hari si Beru Sibou berjalan kaki tanpa arah dan tujuan dengan menyusuri hutan belantara dan menyebrangi sungai, namun belum juga menemukan abangnya.
Suatu ketika, si Beru Sibou bertemu dengan seorang kakek tua.Lalu ia menceritakan semua kejadian yang di alaminya.Hanya saja kakek itu berkata “Panjatlah sebuah pohon yang tinggi. Setelah sampai di puncak, bernyanyilah sambil memanggil nama abangmu. Barangkali ia bisa mendengarnya. Setelah menyampaikan sarannya, sang Kakek pun segera pergi. Sementara si Beru Sibou, tanpa berpikir panjang lagi, ia segera mencari pohon yang tinggi kemudian memanjatnya hingga ke puncak. Sesampainya di puncak, si Beru Sibou segera bernyanyi dan memanggil-manggil abangnya sambil menangis. Ia juga memohon kepada penduduk negeri yang memasung abangnya agar sudi melepaskannya.
Sudah berjam-jam si Beru Sibou bernyanyi dan berteriak di puncak pohon, namun tak seorang pun yang mendengarnya. Tapi, hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus bernyanyi dan berteriak hingga kehabisan tenaga. Akhirnya, ia pun segera mengangkat kedua tangannya dan berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
“Ya, Tuhan! Tolonglah hambamu ini. Aku bersedia melunasi semua hutang abangku dan merelakan air mata, rambut dan seluruh anggota tubuhku dimanfaatkan untuk kepentingan penduduk negeri yang memasung abangku.”
Baru saja kalimat permohonan itu lepas dari mulut si Beru Sibou, tiba-tiba angin bertiup kencang, langit menjadi mendung, hujan deras pun turun dengan lebatnya diikuti suara guntur yang menggelegar. Sesaat kemudian, tubuh si Beru Sibou tiba-tiba menjelma menjadi pohon enau. Air matanya menjelma menjadi tuak atau nira yang berguna sebagai minuman. Rambutnya menjelma menjadi ijuk yang dapat dimanfaatkan untuk atap rumah. Tubuhnya menjelma menjadi pohon enau yang dapat menghasilkan buah kolang-kaling untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau minuman.
2.Tujuan Dan Manfaat
A.Tujuan
Dalam garapan ini koreografer memiliki tujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Koreografi pada Semester ganjil tahun ajaran 2015 pada jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, dan juga sebagai referensi sebagai media apresiasi bagi masyarakat luas.
B.Manfaat
Karya Tangisen Siberu Siboto sebagai sebuah karya bermanfaat untuk media apresiasi pada bidang tari dan menambah keragaman jenis gerakan dalam tari.Serta bermanfaat untuk penerapan nilai-nilai moral yang tertuang dalam karya bagi masyarakat luas.
3.Penokohan
1. Ayah dan Ibu
2. Siberu Sibou
3. Tareh Ilu
4. Kakek
5. Masyarakat luar
3. Tahap Penyajian
Dalam proses penciptaan karya tari ini,keseluruhan sajian diwujudkan kedalam bentuk pembagian adegan.Adapun pembagian adegan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Adegan pertama : Kehidupan Suami istri yang memiliki dua anak rukun dan damai.Yang kemudian suami istri tersebut meninggal dunia yang meninggalkan kedua anaknya menjadi yatim piatu.
2. Adegan kedua: Kepergian Tare Iluh merantau dengan membuat ulah di negeri orang yang mengakibatkan dirinya dipasung oleh penduduk
3. Adegan Ketiga:Tragedi Terjadinya jelmaan menjadi pohon enau.
4. Adegan keempat: Pemanfaatan nira dalam masyarakat Karo.
4.Medium/Elemen
1. Iringan.
2. Rias dan Busana
3. Property : - Bambu
- Keranjang
- Cangkul
- Cangkir
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Cerita Tentang Tangisen Siberu Sibou. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://makeayoutubevideos.blogspot.com/2015/11/cerita-tentang-tangisen-siberu-sibou.html. Terimakasih atas perhatiannya.