Dalam mengajarkan suatu materi tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setiap model pembelajaran mengarahkan seorang guru untuk mendesain pembelajaran dalam membentu peserta didik sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Sebelum kita membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu akan
kita kaji apa yang dimaksud dengan model dan pembelajaran. Sagala (2010:175)
menyatakan bahwa model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Trianto (2010:17) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara
menurut beberapa ahli (dalam Trianto, 2010:22) model pembelajaran didefinisikan sebagai berikut :
“Joyce mendefenisikan model pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Sedangkan Soekamto, dkk mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Salah satu yang termasuk dalam pembelajaran dengan pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri. Indrawati (dalam Trianto, 2010:165) menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri.
Pada dasarnya inkuiri dan discovery saling terkait antara satu sama lain. Istilah inkuiri berasal dari kata inquiry dalam bahasa Inggris, yang dapat diartikan sebagai suatu pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan, sedangkan discovery artinya adalah penemuan. Inkuiri dapat pula diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bertumpu pada pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai petunjuk untuk mengarahkan kepada penarikan kesimpulan. Dengan kata lain, setelah melakukan penyelidikan siswa akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan. Hal ini senada dengan pendapat Sund (dalam Trianto, 2010:166) yang menyatakan bahwa :
“Diskovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris, inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi”.
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan cara berpikir yang bersifat penemuan yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang teramati. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2013:173) menyatakan bahwa :
“Perilaku mengajar dengan strategi inkuiri juga disebut sebagai model
inkuiri. Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa
mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan
nilai-nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam
melakukan inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang
berpusat pada siswa. Dalam pengajaran ini siswa menjadi aktif belajar.
Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan
intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara
ilmiah”.
Dari pendapat-pendapat di atas model pembelajaran inkuiri adalah salah
satu model pembelajaran yang berperan penting dalam membangun paradigma
pembelajaran konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan belajar siswa
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan
atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Inkuiri membutuhkan partisipasi aktif dari siswa untuk meneliti sendiri secara ilmiah masalah yang dihadapi. Ini tidaklah berarti bahwa siswa akan dididik menjadi seorang ilmuwan, karena inkuiri mencoba membawa siswa ke dalam situasi yang memberikan kesempatan untuk menggunakan apa yang telah dietahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah hasil perolehan mereka sendiri dan bukan perolehan gurunya. Oleh karena itu sasaran utama pembelajaran ini adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan emosional, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, mengembangkan sikap percaya diri pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Menurut Sanjaya (2010:196) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri. Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan belajar inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Gulo (dalam Trianto, 2010:166) bahwa dalam model pembelajaran inkuiri, guru dan siswa memiliki perannya masing-masing. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut :
1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir.
2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas berarti kemampuan guru dalam
menciptakan kondisi inkuiri harus dimiliki agar siswa seluruhnya aktif dalam
pembelajaran inkuiri. Dimyati dan Mudjiono (2013:174) menyatakan bahwa :
“Peranan siswa yang penting adalah (i) mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, (ii) pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, (iii) penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan, dan (iv) penemu pemecahan masalah. Peranan tersebut sesuai dengan penekanan model inkuiri yang digunakan”.
Model pembelajaran inkuiri mempunyai tujuan dan manfaat dalam peningkatan kreativitas belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Moh Uzer Usman (dalam Istarani, 2012:133) yaitu (1) mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri, (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, (2) mengembangkan rasa ingin tahu dan cara berpikir objektif.
Gulo menyatakan bahwa Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. Inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpul data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan (Trianto, 2011: 169).
Langkah-langkah Model Latihan Inkuiri
1. Mengajukan pertanyaan atau masalah
Memberikan pertanyaan atau suatu masalah kepada siswa, kemudian meminta
siswa untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru meminta lepada siswa untuk mengajukan gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpul data
Hipotesis digunakan untuk proses mengumpul data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah setelah memperoleh dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Model latihan inkuiri mempunyai lima fase atau lima tahapan pembelajaran. Pada penelitian ini tahapan yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan Eggen dan Kauchak (Trianto, 2011: 172).
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Model Pembelajaran Inkuiri. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://makeayoutubevideos.blogspot.com/2015/09/model-pembelajaran-inkuiri.html. Terimakasih atas perhatiannya.