a. Pengertian dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik itu oleh individu maupun oleh sekelompok manusia. Komunikasi dapat terjadi dan terjalin dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Dalam setiap aspek kehidupan manusia disadari atau tidak disadari, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan setiap manusia. Secara kodrati manusia adalah mahkluk sosial yang selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dan terjadi dalam berbagai bentuk komunikasi yang dijalani lewat situasi dan kondisi yang ada. Dengan demikian, aktivitas hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses komunikasi dan interaksi begitu juga halnya dalam proses mengajar.
Rogers (dalam Cangara, 2008:20) mengatakan “Komunikasi adalah proses suatu dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”. Selanjutnya menurut Uchyana (dalam Bungin, 2010:31) “Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Jadi, dalam kegiatan interaksi mengandung makna adanya kontak secara timbal balik dengan respon antara individu-individu dan kelompok-kelompok, atau dengan kata lain apabila dua orang atau lebih menghasilkan hubungan (komunikasi). Sanjaya (2012:79) mengemukakan:”Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk mempengaruhi penerima pesan”.
Dari konsep ini ada dua hal yang memaknai komunikasi. Pertama, komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Dengan demikian proses komunikasi terjadi bukan secara kebetulan, akan tetapi dirancang dan diarahkan kepada pencapaian tujuan. Kedua, dalam proses komunikasi selamanya melibatkan tiga komponen penting, yakni sumber pesan, yaitu orang yang akan menyampaikan atau mengkomunikasikan sesuatu, pesan itu sendiri atau segala sesuatu yang ingin disampaikan atau materi komunikasi dan penerima pesan, yaitu orang yang akan menerima informasi.
Lasswell (Sanjaya,2012:83) “ mengungkapkan bahwa komponen komunikasi terdiri atas:
1. Who :siapa yang mengirim pesan/komunikator.
2. Says what :pesan apa yang disampaikan
3. On what channel :melalui apa pesan itu disampaikan.
4. To whom it may concern :siapa yang menerima pesan.
5. At what effect :apa dampak/hasil komunikasi.
Selanjutnya menurut Shannon dan Weaver (dalam Meilani, 2011:5) “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan komunikasi guru dan siswa adalah proses interaksi antara guru dan siswa, dimana guru (komunikator) menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa (komunikan) baik secara langsung maupun tidak langsung serta menggunakan media tertentu atau sebaliknya dimana siswa menjadi komunikator dan guru sebagai sebagai komunikan.
Komunikasi yang terjadi dalam proses pengajaran antara guru dengan siswa berisi pesan yang mengandung makna menggugah partisipasi guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan dan sebaliknya dalam suatu interaksi sehingga tercipta komunikasi interpersonal dan mengarah kepada tujuan. Proses komunikasi pembelajaran akan berjalan efektif dalam arti informasi atau pesan mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan, manakala penyampai pesan (komunikan) mampu menghilangkan noise atau gangguan yang dapat mempengaruhi proses kelancaran komunikasi.
Secara umum komunikasi bertujuan untuk mengubah tindakan orang yang menerima pesan (komunikan) atau sekurang-kurang bertujuan untuk memproleh persetujuan atau tindakan dari penerima pesan. Berkaitan dengan tujuan komunikasi ini Effendy Mengemukakan “Tujuan komunikasi adalah:
a. Perubahan sikap (attitude change)
b. Perubahan pendapat (opinion change)
c. Perubahan perilaku (behaviour change)
d. Perubahan sosial (sosial change.
Sedangkan Wijaya (dalam lenny 2011:9) menyatakan tujuan komunikasi itu antara lain: “1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti. 2. Supaya gagasan kita diterima orang lain. 3. Menggerakkan orang lain”.
Dari apa yang sudah dinyatakan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu lainnya yang bertujuan untuk perubahan sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku, perubahan sosial, serta gagasan yang disampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh orang lain.
2.1.4 Komunikasi Interpersonal
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang membutuhkan hubungan timbal balik dari masing-masing individu. Komunikasi interpersonal memberikan warna bagi guru dan anak didik dalam menjalankan proses pembelajaran. Dan hal ini ditujukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Yang telah dirumuskan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan.
Bungin (2007:32) menyatakan bahwa: “Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar-perorangan dan bersifat secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan tatap muka, perckapan melalui telepon, surat menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship), percakapan (discourse), interaksi dan karakteristik komunikator”.
Menurut Ofeinberg (dalam Siburian, 2012:5) “Komunikasi Interpersonal diartikan sebagai proses komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain secara langsung”. Menurut Luthans (dalam Siburian, 2012:5) “Komunikasi Interpersonal menekankan transfer informasi dari satu orang ke orang lain”.
Sebagai mahkluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan dengan manusia lainkarena. Hubungan itu terjadi karena manusia memerlukan manusia lainnya, ketika sesuatu yang akan dilakukan tidak dapat dikerjakan seorang diri. Kebutuhan yang berbeda-beda dan karena saling membutuhkan, membuat manusia cenderung untuk melayani kebutuhan manusia lainnya selain demi kepentingan pribadi.
Cangara (2008:32) menyatakan bahwa “komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih”. Selanjutnya menurut Feinberg (dalam Situmorang, 2014:57) bahwa: “Komunikasi Interpersonal sebagai proses komunikasi langsung yang dilakukan seseorang dengan orang lain. Jadi, komunikasi Interpersonal diartikan sebagai proses komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain secara langsung”.
Selanjutnya Pace dan Paules (dalam Situmorang, 2014:57) mangatakan bahwa: “Komunikasi Interpersonal adalah proses Komunikasi yang berlangsung antara dua atau lebih secara tatap muka”. Kemudian Grant (dalam Situmorang, 2014:57) menjelaskan bahwa: “Komunikasi Interpersonal dalam organisasi sekolah mempunyai tiga fungsi yaitu: fungsi penghubung, fungsi mentation, dan fungsi regulasi. Komunikasi interpersonal berfungsi sebagai penghubung antara guru dengan kepala sekolah, pengawas, peserta didik, orang tua, guru, dan pihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas. Komunikasi interpersonal sebagai fungsi mentation dikaitkan dengan perancanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tugas guru. Selanjutnya, Komunikasi interpersonal sebagai fungsi regulasi menunjuk kepada pengontrolan perilaku dan tugas-tugas yang perlu dikerjakan sehingga dapat meminimalkan kesalahan”.
Alo (dalam Situmorang, 2014:58) mangatakan bahwa: “Fungsi komunikasi interpersonal terdiri dari fungsi sosial, dan fungsi pengambilan keputusan. Selanjutnya, dijelaskan bahwa komunikasi antarpribadi secara otomotis mempunyai fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain”. Selanjutnya DeVito (2011:58) mengatakan:”bahwa suatu komunikasi interpersonal bisa efektif dengan memperhatikan indikator-indikator: (a).keterbukaan, (b) empati, (c) dukungan, (d) kepositifan, (e) kesetaraan.
Selanjutnya kutipan diatas akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Keterbukaan (Openess)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang yang bereaksi secara terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapakan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama tunggal.
b. Empati (Empathy)
Empati didefenisikan sebagai “kemampuan seseorang untuk mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati di pihak lain adalah merasakan jadi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kekuatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap Mendukung ( Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif. (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
d. Sikap Positif ( Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikintya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
e. Kesetaraan ( equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar ada dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa pada dasarnya pernyataan-pernyataan tersebut manusia melakukan komunikasi dengan tujuan untuk menjadi tahu, menilai masukan dan keluaran mengarahkan sesuatu. Dengan demikian, komunikasi interpersonal guru dan siswa adalah perilaku berbagi informasi yang dilakukan guru dalam tugasnya. Dan secara konseptual dapat dikemukakan bahwa komunikasi interpersonal adalah berbagi informasi dengan rekan sesama guru, peserta didik, dan pihak lainnya yang bersangkut paut dengan tugasnya.
Terimakasih anda telah membaca artikel tentang Pengertian Komunikasi Interpersonal. Jika ingin menduplikasi artikel ini diharapkan anda untuk mencantumkan link http://makeayoutubevideos.blogspot.com/2015/09/pengertian-komunikasi-interpersonal.html. Terimakasih atas perhatiannya.